Selama 2 tahun, Fu Xuepeng (23 tahun) harus hidup dengan bantuan ventilator. Namun bukanlah alat canggih yang banyak terdapat di ruang ICU, melainkan ventilator plastik yang harus dipompa dengan tangan.
Xuepeng mengalami kelumpuhan dan tak mampu menggerakkan tubuhnya semenjak mengalami kecelakaan sepeda motor 2 tahun lalu. Sayangnya, keluarganya terlalu miskin sehingga tidak bisa membayar biaya perawatan di rumah sakit.
Dalam sehari, mereka harus bergantian untuk memompa paru-paru Xuepeng hingga ribuan kali. Tiga menit saja kelupaan atau berhenti melakukan kompresi (pemompaan) konstan dengan tangan, bisa membuat Xuepeng tewas.
Alat ventilator mekanik kuno (kanan) didapat berkat bantuan kerabat
Sebenarnya beban mereka agak sedikit berkurangi sejak salah satu kerabat memberikan bantuan sebuah ventilator mekanik kuno, yang biayanya sekitar 200 renmimbi (sekitar Rp 310.000).
Penderitaannya semakin berat karena udara yang dingin
Mesin ventilator kuni tersebut terhubung dengan tubuh Xuepeng, yang tergeletak di tempat tidur dengan mengenakan topi merah untuk melindunginya dari serangan udara dingin.
Kedua orangtuanya bergantian memompa paru-paru Xuepeng pada siang hari agar hemat listrik
Namun meski sudah mendapatkan bantuan mesin, kedua orang tuanya masih harus terus melakukan tugas rutinitas memompa dengan tangan di siang hari. Alasannya, untuk menghemat biaya tagihan listrik agar tidak terlalu mahal.
Betapa nasib dan kehidupan keluarganya amat memprihatinkan
Setelah foto-foto mereka beredar luas di media China, sumbangan besar pun mengalir, yang berasal dari sebuah desa distrik Huangyan di Provinsi Zhejiang, China. Bantuan tersebut berupa uang tunai dan ventilator modern yang dikirim oleh sebuah perusahaan di Beijing. bld
(MSN, Telegraph, AFP)
Xuepeng mengalami kelumpuhan dan tak mampu menggerakkan tubuhnya semenjak mengalami kecelakaan sepeda motor 2 tahun lalu. Sayangnya, keluarganya terlalu miskin sehingga tidak bisa membayar biaya perawatan di rumah sakit.
Dalam sehari, mereka harus bergantian untuk memompa paru-paru Xuepeng hingga ribuan kali. Tiga menit saja kelupaan atau berhenti melakukan kompresi (pemompaan) konstan dengan tangan, bisa membuat Xuepeng tewas.
Alat ventilator mekanik kuno (kanan) didapat berkat bantuan kerabat
Sebenarnya beban mereka agak sedikit berkurangi sejak salah satu kerabat memberikan bantuan sebuah ventilator mekanik kuno, yang biayanya sekitar 200 renmimbi (sekitar Rp 310.000).
Penderitaannya semakin berat karena udara yang dingin
Mesin ventilator kuni tersebut terhubung dengan tubuh Xuepeng, yang tergeletak di tempat tidur dengan mengenakan topi merah untuk melindunginya dari serangan udara dingin.
Kedua orangtuanya bergantian memompa paru-paru Xuepeng pada siang hari agar hemat listrik
Namun meski sudah mendapatkan bantuan mesin, kedua orang tuanya masih harus terus melakukan tugas rutinitas memompa dengan tangan di siang hari. Alasannya, untuk menghemat biaya tagihan listrik agar tidak terlalu mahal.
Betapa nasib dan kehidupan keluarganya amat memprihatinkan
Setelah foto-foto mereka beredar luas di media China, sumbangan besar pun mengalir, yang berasal dari sebuah desa distrik Huangyan di Provinsi Zhejiang, China. Bantuan tersebut berupa uang tunai dan ventilator modern yang dikirim oleh sebuah perusahaan di Beijing. bld
(MSN, Telegraph, AFP)