Puluhan penumpang membelokkan paksa bus PO Gaya Putra Transport AD 1599 AF ke Mapolrestabes Semarang, Jalan Dr Sutomo, Selasa (10/4) sekitar pukul 12.00.
Tindakan nekat para penumpang itu dipicu raibnya uang Rp 7 juta dan handphone milik Agus Suparno (39), penumpang asal Karangpelem, Klaten. Penyebab lainnya, para penumpang juga merasa ditekan sekelompok preman yang memaksa membeli tiket dengan harga tinggi saat berada di tempat pemberangkatan di Pulo Gadung, Jakarta, Senin (9/4) malam.
Agus mengisahkan, bus jurusan Jakarta - Semarang - Solo itu berangkat dari Pulo Gadung sekitar pukul 21.00. Saat itu jumlah penumpang ada sekitar 25 orang. "Saya duduk di bangku tengah kemudian tertidur. Sekitar pukul 02.00, saat itu bus kira - kira sampai Cirebon, saya terbangun dan mendapati dompet dan handphone saya raib," ujar Agus, yang sehari - hari berjualan parabotan rumah tangga di Pekanbaru, Riau, itu.
Agus lalu memberi tahu penumpang lain yang berada di sekitarnya. Sejumlah penumpang lain ternyata juga mengeluhkan bila tas - tas mereka dibongkar dan diacak - acak oleh sekelompok pria yang diduga preman di dalam bus tersebut. Namun, menurut Agus, para penumpang lain mengaku ketakutan dan tak bisa berbuat banyak karena para pelakunya sekelompok pria berbadan kekar.
"Saya bingung karena dompet itu berisi uang Rp 7 juta, yang rencananya akan saya gunakan untuk biaya pengobatan bapak yang sedang dirawat di rumah sakit. Padahal, keperluan saya mudik dari Riau ke Solo hanya untuk mengantar uang itu," ujarnya dengan nada lemas.
Dia menjelaskan, setelah masuk ke wilayah Jateng, tepatnya Kabupaten Brebes, sejumlah penumpang baru berani protes kepada sopir bus, Sujud (43), dan kondekturnya, Widodo (46). Mereka meminta bus berhenti di kantor polisi terdekat, namun permintaan itu tak dipenuhi oleh sang sopir. Ketika bus masuk ke Kota Semarang, para penumpang akhirnya memaksa sopir untuk mengarahkan bus ke Mapolda Jateng, Jalan Pahlawan Semarang.
Namun, petugas dari Polda Jateng menyarankan para penumpang untuk membawa bus ke Mapolrestabes Semarang. Sesampainya di Mapolrestabes, seluruh penumpang diperiksa satu - persatu oleh petugas. Tas dan barang - barang para penumpang digeledah, namun tak membuahkan hasil.
Penumpang lain, Nedy Sugianto (25) mengatakan, para pelaku pencurian itu diduga bekerja sama dengan sopir dan kondektur bus. Menurutnya, dugaan itu muncul saat para kru bus membiarkan sekelompok preman masuk ke dalam bus saat berada di terminal Pulo Gadung.
"Para preman yang masuk ke dalam bus itu berbadan kekar. Tas saya juga diacak - acak, namun tak ada barang yang hilang. Kami heran kenapa mereka bisa seenaknya mondar - mandir di dalam bus saat bus sudah berangkat meninggalkan Jakarta," ujar warga asal Sampit, Kalimantan, itu.
Sementara itu, sopir bus, Sujud, mengaku tidak tahu menahu perihal raibnya uang penumpang dan keberadaan sekelompok pria yang diduga preman tersebut. "Orang yang diduga preman tersebut mungkin bisa saja calo," ujar Sujud. Lantaran tak menemukan cukup bukti atas dugaan kasus pencurian itu, polisi akhirnya memperbolehkan bus itu melanjutkan perjalanan.
Polisi menginterogasi para penumpang bus PO Gaya Putra Transport |
Agus mengisahkan, bus jurusan Jakarta - Semarang - Solo itu berangkat dari Pulo Gadung sekitar pukul 21.00. Saat itu jumlah penumpang ada sekitar 25 orang. "Saya duduk di bangku tengah kemudian tertidur. Sekitar pukul 02.00, saat itu bus kira - kira sampai Cirebon, saya terbangun dan mendapati dompet dan handphone saya raib," ujar Agus, yang sehari - hari berjualan parabotan rumah tangga di Pekanbaru, Riau, itu.
Agus lalu memberi tahu penumpang lain yang berada di sekitarnya. Sejumlah penumpang lain ternyata juga mengeluhkan bila tas - tas mereka dibongkar dan diacak - acak oleh sekelompok pria yang diduga preman di dalam bus tersebut. Namun, menurut Agus, para penumpang lain mengaku ketakutan dan tak bisa berbuat banyak karena para pelakunya sekelompok pria berbadan kekar.
"Saya bingung karena dompet itu berisi uang Rp 7 juta, yang rencananya akan saya gunakan untuk biaya pengobatan bapak yang sedang dirawat di rumah sakit. Padahal, keperluan saya mudik dari Riau ke Solo hanya untuk mengantar uang itu," ujarnya dengan nada lemas.
Dia menjelaskan, setelah masuk ke wilayah Jateng, tepatnya Kabupaten Brebes, sejumlah penumpang baru berani protes kepada sopir bus, Sujud (43), dan kondekturnya, Widodo (46). Mereka meminta bus berhenti di kantor polisi terdekat, namun permintaan itu tak dipenuhi oleh sang sopir. Ketika bus masuk ke Kota Semarang, para penumpang akhirnya memaksa sopir untuk mengarahkan bus ke Mapolda Jateng, Jalan Pahlawan Semarang.
Namun, petugas dari Polda Jateng menyarankan para penumpang untuk membawa bus ke Mapolrestabes Semarang. Sesampainya di Mapolrestabes, seluruh penumpang diperiksa satu - persatu oleh petugas. Tas dan barang - barang para penumpang digeledah, namun tak membuahkan hasil.
Penumpang lain, Nedy Sugianto (25) mengatakan, para pelaku pencurian itu diduga bekerja sama dengan sopir dan kondektur bus. Menurutnya, dugaan itu muncul saat para kru bus membiarkan sekelompok preman masuk ke dalam bus saat berada di terminal Pulo Gadung.
"Para preman yang masuk ke dalam bus itu berbadan kekar. Tas saya juga diacak - acak, namun tak ada barang yang hilang. Kami heran kenapa mereka bisa seenaknya mondar - mandir di dalam bus saat bus sudah berangkat meninggalkan Jakarta," ujar warga asal Sampit, Kalimantan, itu.
Sementara itu, sopir bus, Sujud, mengaku tidak tahu menahu perihal raibnya uang penumpang dan keberadaan sekelompok pria yang diduga preman tersebut. "Orang yang diduga preman tersebut mungkin bisa saja calo," ujar Sujud. Lantaran tak menemukan cukup bukti atas dugaan kasus pencurian itu, polisi akhirnya memperbolehkan bus itu melanjutkan perjalanan.